Senin, 17 Desember 2018

Puisi "sebuah kisah"

04.28 1 Comments

Kuberi tahu padamu kisah si pirang
yang sedang menunggu seseorang datang.

Ia datang sekejap,
kemudian pergi tanpa sebab.

Ini tentang si pirang,
yang meninggalkan harapan usang.

Tertatih menyeret rintihan yang berjalan,
menggunakan sebilah kayu penopang.

Apakah itu si pirang?
Yang membawa segenggam penantian
untuk kembali pulang.

Mungkinkah ia akan datang?
sebelum senja dimakan malam,

Aku bertanya pada senja.
“Apakah menggapai  harapan harus sesakit ini?”

ia menjawab,
“bukankah luka mengajarkanmu perihal patah
dan menjadikanmu lebih tabah.”

Selasa, 04 September 2018

Sinopsis Novel CintaTanah Air karya Nur Sutan Iskandar

00.59 2 Comments



Novel yang pertama kali terbit pada tahun 1944 karya Nur Sutan Iskandar berjudul Cinta Tanah Air ini menceritakan tentang pemuda bernama Amiruddin yang sangat gigih memperjuangkan tanah air. Kisah ini berawal dari pemuda berusia 24 tahun berasal dari Bandung benama Amiruddin, ia berniat pergi ke Jakarta untuk melihat pasar malam. Dalam perjalannya yang menggunakan trem itu ia bertemu pada gadis manis yang duduk disebelahnya, gadis tersebut sangat mempesona dan manarik hati Amiruddin. Sepanjang perjalanan ke pasar malam Amiruddin selalu terbayang dengan wajah gadis itu. Sesampainya di depan pintu gerbang pasar malam, ia lamat-lamat membaca semboyan yang menarik, semboyan yang menggambarkan keteguhan penjagaan tentara Dai Nippon di Pulau Jawa. Kemudian ia memasuki pasar malam itu, sudah lama ia tidak pernah melihat pasar malam. Ia melihat sekeliling dan menikmati hasil kerajinan anak negeri.
Setelah berkeliling, amiruddin tidak sengaja bertemu dengan sahabat lamanya yang bernama Haryono. Dan dengan waktu yang sama pula Amiruddin juga tidak sengaja bertemu dengan gadis manis yang di trem pada saat ia naiki tadi. Mereka bertemu secara tidak sengaja ketika sama-sama membeli sapu tangan. Saat itupula Amiruddin berkenalan dengan Suwondo yang notabenenya sebagai teman akrab ayahnya, dan kebetulan bahwa Suwondo adalah ayah dari gadis manis yang bernama Astiah. Saat berada di Jakarta Amiruddin menginap di Asia Senen, karena itu ia selalu mengunjungi Suwondo.
Pada suatu hari saat Amiruddin berkemas ingin kembali  ke Bandung, dilihatnya sapu tangannya telah tertukar dengan nama Astiah. Berangkatlah Amiruddin ke Bungur untuk menukarkan sapu tangannya. Suwondo dan istrinya pun telah mengetahui hubungan antara anaknya dan Amirudddin.
Sesampainya di Bandung Amiruddin memberikan bingkisan titipan dari istri Suwondo pada ibunya. Ibu Amiruddin sangat senang menerima bingkisan dari sahabatnya. Begitu juga dengan Amiruddin, ia sangat senang bukan main karena mendapat sepucuk surat dari Astiah sebagai tanda bahwa hubungan mereka telah terpadu. Hubungan kedua keluarga tersebut berjalan dengan baik, apalagi setelah kedatangan keluarga Suwondo pada Nyi Zubaidah, hubungan kedua keluarga tersebut bertambah baik. Terlebih hubungan Amiruddin dan Astiah juga semakin baik.
Sementara itu suasana perang di tanah air semakin terasa. Amiruddin justru tidak sempat memikirkan kekasihnya, ia dan Haryono beserta kawan-kawan yang lainnya berniat menjadi pasukan pembela tanah air. Namun, karena desakkan ibunya akhirnya Amiruddin mau melaksanakan pertunangan dengan Astiah. Meskipun Amiruddin menjadi pasukan pembela tanah air dan hendak maju ke medan perang, itu semua tidak menyurutkan cinta kasihnya pada Astiah, karena Astiah pun ingin berbuat demikian, maju ke medan perang dan berjuang sebagai juru rawat. Sebelum perang berlangsung, mereka menyempatkan diri melangsungkan pernikahan secara sederhana. Setelah itu kedua orang tua mereka pun harus merelakan melepas mereka untuk berjuang membela tanah air, menjadi pasukan pembela tanah air sampai titik penghabisan. Dan melaksanakan bakti cinta pada tanah air.

Minggu, 22 Oktober 2017

Sinopsis Novel Belenggu karya Armijn Pane

08.17 1 Comments


Novel belenggu karangan dari Armijn Pane menceritakan kisah rumah tangga antara Dokter Sukartono dengan istrinya yang bernama Sumartini. Mereka menikah bukan atas dasar saling mencintai melainkan atas dasar keterpaksaan satu sama lain. Sukartono menikahi sumartini karena merasa sukartini cocok mendampingi hidupnya, sukartono melihat sumartini dari kecerdasan dan kecantikannya saja. Berbeda dengan Sukartono, Sumartini menerima tono sebagai suaminya atas dasar ingin melupakan kenangan masa lalunya. Alhasil setelah melangsungkan sebuah pernikahan, rumah tangga mereka tidak harmonis, setiap hari selalu dipenuhi dengan pertengkaran dan percekcokan. Banyak permasalahan yang tidak diselesaikan dengan komunikasi.
Sukartono sendiri adalah seorang yang sangat mencintai dan menjunjung tinggi pekerjaannya, yaitu sebagai seorang dokter. Ia bekerja keras dan tak mengenal lelah untuk mengunjungi dari satu pasien ke pasien lainnya yang membutuhkan pengobatannya. Sukartono juga termasuk dokter yang baik hati dan dermawan, ia sering membebaskan bayaran pada pasiennya yang kurang mampu. Namun, kecintaan sukartono pada pekerjannya justru membuat ia lupa pada rumah tangganya, sumartini yang merasa diabaikan oleh sukartono selalu memulai pertengkaran setiap hari,  kelupaan tono pada rumah tangganya itulah yang menjadi bibit pertengkaran mereka, rasanya tiada hari tanpa bertengkar.
Hingga pada suatu hari sukartono menerima telepon dari salah satu pasien yang mengidap sakit keras, pasien itu sedang berada di hotel. Sesampainya di sebuah hotel yang ditinggali pasiennya, sukartono merasa kaget karena mendapati bahwa yang menjadi  pasiennya saat itu adalah Rohaya atau Siti Hayati yang tak lain adalah teman sekolah dan masa kecil sukartono. Rohaya sudah menyimpan rasa cinta pada Sukartono sejak dulu. Rohaya sendiri adalah seorang penyanyi keroncong dan juga wanita panggilan. Ia menceritakan bahwa dirinya menjadi korban kawin paksa, ia merasa tidak cocok dengan suaminya dan memutuskan untuk menjadi janda lalu pergi ke Jakarta untuk mencari keberadaan Sukartono. Berpura pura sakit keras dan menjadi pasien sukartono adalah salah satu cara Rohayah untuk bertemu dengan Sukartono.
Setelah bertemu dengan Sukartono, Rohaya selalu berusaha merancangkan usahanya merayu-rayu dan memberikan pujian-pujian kepada Tono untuk mendapatkan hatinya. Pada mulanya Sukartono tidak terpengaruh dengan rayuan-rayuan Rohaya. Namun, lambat laun akhirnya Tono jatuh juga pada rayuan Rohaya. Tono merasa bahwa dengan bersama Rohaya ia bisa menemukan ketenangan hatinya yang tidak dapat ia rasakan pada saat bersama Sumartini. Lama kelamaan Rohaya sudah tidak menginap di sebuah hotel lagi, ia memilih tinggal disebuah rumah yang ia beli, dan Sukartono selalu mengunjungi Rohaya setelah memeriksa pasiennya.
Hubungan yang dijalin Sukartono dan Rohaya akhirnya tercium juga oleh Sumartini, ia merasa curiga dengan Sukartono. Sumartini merasa marah dan jengkel mengetahui hubungan gelap suaminya dengan perempuan yang bernama Rohaya. Secara diam-diam Sumartini mengunjungi rumah yang ditempati Rohaya, ia ingin mencaci maki dan menumpahkan segala amarahnya kepada perempuan yang sudah mengambil dan menganggu suaminya. Setibanya dirumah Rohaya dan bertatap muka dengannya, hati Sumartini luluh dengan segala kelembutan hati dan keramahan Rohaya.
Sepulangnya dari rumah Rohaya, Sumartini intropeksi diri sendiri. Sumartini merasa malu dan bersalah kepada suaminya, ia belum bisa memberikan perhatian dan kasih sayang tulus yang diinginkan Sukartono. Selama ini ia selalu berlaku kasar pada suaminya, Tini merasa gagal menjadi seorang istri. Akhirnya ia memutuskan untuk berpisah dengan Sukartono. Awalnya Sukartono tidak menyetujui permintaan Sumartini, bahkan Tono sudah berjanji pada Tini untuk mengubah hidupnya untuk lebih perhatian kepada Tini.
Namun, karena kebulatan Sumartini untuk berpisah, Sukartono tidak dapat mencegahnya. Sukartono merasa sedih dan gundah atas perpisahannya dengan Sumartini. Tini memutuskan untuk pergi ke Surabaya. Kesedihan dan kesendirian Sukartono betambah ketika mengetahui bahwa Rohaya juga pergi meninggalkannya. Rohaya meninggalkan sepucuk surat dan memberitahukan bahwa ia mencintai Sukartono, Rohaya kini telah meninggalkan tanah air untuk selama lamanya dan tinggal diluar negeri. Kini Sukartono mengapdikan hidupnya pada sebuah panti asuhan. Karena dengan begitu ia bisa menemukan ketenangan batin dalam kesendiriannya.

Kamis, 12 Oktober 2017

Puisi "Takut"

02.47 1 Comments
         
                                                      
Takut

Jangankan berbicara dan tersenyum kepadamu
Merangkai katapun aku tak mampu
Jangankan untuk berlari mengejarmu
Melangkah di dekatmu pun aku terlalu lemah
Jangankan untuk menunggu dan menjemputmu
Membayangkanmu pun aku terlalu takut
Bukan takut karnamu....
Aku takut ketika segala harapan dan mimpi akan terkalahkan oleh takdir
Ketakutan yang selalu hadir  disaat aku melihat senyum indah diwajahmu
Ketakutan yang  aku  sendiri tidak tau bagaimana cara mengusirnya

Surabaya, 2017

Adr,

Senin, 09 Oktober 2017

Sinopsis Novel Salah Asuhan karya Abdoel Moeis

19.20 5 Comments


Novel Salah Asuhan karya Abdoel Moeis ini menceritakan kisah cinta seorang pemuda pribumi dari Melayu dengan seorang gadis Eropa. Hanafi seorang pemuda pribumi dari solok Melayu. Ibu hanafi sendiri adalah seorang janda, ayahnya sudah meninggal pada saat hanafi masih kecil, sehingga ibunya membesarkan Hanafi seorang diri. Meskipun membesarkan putranya seorang diri, ibunya ingin memandaikan hanafi dan selalu berusaha keras untuk membiayai sekolah hanafi. Pada saat bersekolah di HBS Hanafi dititipkan pada keluarga Belanda, sehingga segala tingkah lakunya seperti seorang Eropa. Bahkan setelah lulus dari HBS pun pergaulan dan tingkah lakunya tak lepas dari pergaulan orang-orang Eropa. Ia bekerja di kantor BB sebagai asisten residen di Solok. Meskipun hanafi adalah seorang pemuda asli pribumi. Namun, segala tingkahnya sudah terpengaruhi kebarat-baratan.
Saat bersekolah di HBS, Hanafi sangat dekat dengan gadis eropa bernama Corie, kedekatan mereka berdua sudah seperti kakak beradik. Kemana-mana mereka selalu berdua, dalam kesehariannya pun mereka pun sangat dekat. Jalan-jalan berdua, main tenis berdua, dan duduk sambil menikmati teh pun bedua. Karena kedekatan mereka itulah Hanafi mempunyai rasa sayang yang berlebih terhadap corie, perasaan Hanafi tidak sekedar rasa sayang terhadap kakak dan adik, melainkan rasa sayang terhadap seorang kekasih. Namun sikap Corie dalam pertemanan tersebut masih biasa saja. Hingga suatu hari Hanafi memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya kepada Corie. Tetapi Corie tidak langsung memberikan jawaban kepada Hanafi, dia hanya berpamitan pulang dengan alasan yang tidak jelas. Keesokan harinya Corie pergi meninggalkan Solok menuju Betawi, ia meninggalkan sepucuk surat untuk Hanafi yang berisikan penolakan halus mengenai pernyataan perasaan Hanafi kemarin. Karena bagi Corie ia tidak mungkin menikah dengan seorang  pribumi, alasannya karena perbedaan budaya antara bangsa melayu dengan bangsa eropa itulah yang tidak memungkinkan Corie untuk menerima Hanafi. Lagipula Corie juga ditentang oleh ayahnya jika menikah dengan orang melayu.
Mengetahui kenyataan tersebut Hanafi merasa terpukul, ia sangat terluka dan rapuh. Dan sejak saat itu Hanafi mulai mengurung diri dikamar dan berubah menjadi orang yang acuh terhadap lingkungan. Bahkan ia juga tidak berminat pada aktifitas manusia, makan dan minum pun tidak. Badannya kurus kering, Hanafi bagaikan seseorang yang sedang terkena penyakit.
Dalam masa berkabung itu ibunya selalu menasehati Hanafi agar tidak bersedih lagi. Ibunya ingin Hanafi melupakan Corie dan menikah dengan Rapiah anak dari mamaknya. Dimana mamaknya ini adalah Sultan Batuah yang membiayai selama Hanafi bersekolah. Awalnya Hanafi merasa marah, karena ia hanya cinta terhadap Corie saja, bahkan ia tidak mengenal siapa itu Rapiah. Ibu Hanafi selalu dengan sabar menjelaskan dan menasehati Hanafi, dan menyampaikan bahwa perjodohan itu adalah perjodohan hutang budi karena ibu Hanafi mempunyai hutang terhadap Sultan Batuah. Lagipula Rapiah juga si gadis Minang dengan budi pekerti dan tutur kata yang baik. Setelah mendapat bujukan terus menerus dari ibunya, akhirnya Hanafi menerima perjodohan itu walaupun dengan sangat terpaksa, karena ia hanya sayang terhadap corie.
Pernikahan yang dilandasi dengan keterpaksaan tanpa adanya rasa cinta itupun tidak terasa tentram. Setiap hari Hanafi selalu memaki-maki Rapiah karena alasan yang sepele, Rapiah pun tidak melawan, dia hanya diam terhadap perlakuan suaminya. Dua tahun usia pernikahan mereka dikarunia seorang putera bernama Syafii. Namun, itu juga tidak menimbulkan rasa cinta di hati Hanafi. Perlakuannya pada Rapiah masih saja kasar. Ia juga masih sering membentak dan memukul Rapiah.
Suatu hari Hanafi mendapatkan musibah terkena gigit anjing gila di pergelangannya, dan mengharuskan di uuntuk berobat ke Betawi. Ia sangat senang karena di Betawi kemungkinan ia dapat bertemu dengan Corie. Ia meningalkan anak istri dan ibunya di Solok. Singkatnya sesampainya Hanafi di Betawi ia bertemu dengan gadis Eropa yang tak lain adalah Corie. Dengan amat senang karena bisa bertemu kembali mereka selalu menghabiskan waktu berdua seperti yang mereka lakukan dulu, jalan-jalan dan bersepeda berdua. Satu minggu sudah Hanafi berada di Betawi, dan sejak saat itu Hanafi mencari kerja di Kantor BB sebagai commies. Meskipun gaji awal cukup kecil, namun hanafi sangat senang. Karena bisa bertemu dengan Corie kembali, Hanafi berusa keras untuk mendapatkan hati Corie. Bahkan Hanafi bersedia menjadi wargakenegaraan Eropa jikalau memang Corie mau menerimanya.
Karena rasa ibanya, akhirnya Corie mau menerima Hanafi walaupun dengan segala resiko yang harus Corie terima. Mereka berdua menikah di rumah teman Belandanya. Sejak pernikahan mereka berdua itupun Corie mulai dijahui oleh teman temannya. Di solok Melayu sana Rapiah dan ibu Hanafi sudah mengetahui bahwa Hanafi telah menikah dengan Corie, tetapi Rapiah dengan setia masih setia menungggu kedatangan Hanafi kembali di Solok.Seiring berjalannya waktu, bukannya ketentraman dan kebahagian yang didapat dalam rumah tangga Hanafi dan Corie, justru kepelikan yang hadir dalam rumah tangga mereka. Sikap Hanafi yang keterlaluan selalu menuduh Corie yang macam-macam. Hingga pada suatu hari Corie sudah tidak mau bersama dengan Hanafi, ia pergi meninggalkannya menuju Semarang. Karena kesombongan dan keangkuhan Hanafi itu ia tidak diterima dalam bangsa Melayu ataupun Eropa.
Setelah beberapa hari ditinggalkan Corie, akhirnya Hanafi mengetahui bahwa Corie berada di Semarang. Kemudia Hanafi pergi ke Semarang untuk menemui Corie. Namun, sesampainya di Semarang berita buruklah yang diterima oleh Hanafi. Ia menerima kabar bahwa Corie masuk rumah sakit karena sakit keras yaitu Kolera. Hingga akhirnya nyawa Corie tidak bisa diselamatkan lagi. Lalu Hanafi pulang ke Solok untuk menemui Ibunya. Setelah beberapa hari Hanafi sampai di Solok, ia jatuh sakit karena menelan 6 butir sublimat, yang menyebabkan Hanafi terus muntah darah dan akhrinya merenggut nyawanya.

Kamis, 05 Oktober 2017

Resep Susu Kurma Sederhana

02.00 1 Comments

                                           ramadhanvemale.com

Ramadhan tahun ini untuk pertama kalinya gue jauh sama keluarga, sahur sendirian tanpa dimasakin ibu, buka di jalan karena kesibukan yang sangat luar biasa. Sedih? Lumayan sih karena harus makan sahur dan buka puasa sendirian, cuman dari situ gue jadi ngerasain kangen yg bener-bener kangen sama keluarga, gue ngga tau kenapa? Selama setahun gue memutuskan kuliah di  luar kota dan jarang banget buat pulang, gue rasa nggak kangen-kangen banget sama keluarga, malah males banget kalo disuruh pulang. Tapi ketika ramadhan ini gue ngerasa beda banget, gue jadi sering keinget rumah dan suasana ramadhan didesa gue. Tapi karena jauh dari keluaga gue jadi ngerasain gimana momen mudik sebelum lebaran tiba (karena selama ini gue emang nggak pernah mudik). Gue sangat excited sama momen mudik tahun ini, dan udah nggak sabar buat ngelakuin banyak hal dirumah. Salah satunya masak bareng sama ibu buat sahur dan buka. Dan waktu itu gue emang lagi nyoba buat bikin susu kurma yg resepnya gue dapet dari salah satu selebgram (gue lupa account nya apa). Foto susu kurma itu juga udah gue post di instagram dan banyak yang nanyain apa aja resepnya. Sebenernya gampang banget sih resepnya, bahan-bahannya juga bisa kalian dapetin dengan mudah. Rasanya? Jangan ditanya lagi deh, asli enak banget. Dan susu kurma ini kaya akan manfaat, apalagi buat yang baru aja nikah dan lagi program hamil (tapi gue nggak lagi program hamil yaa).
Yang pertama kalian harus siapin bahan-bahannya, yaitu 7 buah kurma yang udah di rendem dulu semaleman (sesuai sunnah rasul), dan susu cair 500 ml. Itu aja? Iyaa cuman itu kok. Buat bikinnya kalian blend aja dua bahan itu terus udah jadi deh susu kurmanya, kalo kalian mau kasih topping diatasnya sih sesuai selera kalian masing-masing. Dan gue recommended banget buat kalian yang emang udah bosen tiap kali buka puasanya makan kurma doang. Selamat mencoba teman-teman.

 Adr,

Senin, 20 Februari 2017

Resensi Novel Gadis Pantai

22.23 2 Comments

1.                  Judul                  : Gadis Pantai
2.                  Pengarang           : Pramoedya Ananta Toer
3.                  Penerbit              : Lentera Dipantara
4.                  Sastra Angkatan   : 1970  an (pertama kali terbit)
5.                  Cetakan ke -        : Tujuh
6.                  Tahun terbit         : September 2011 (cetakan ke-7)
7.                  Jumlah halaman    : 272 halaman

8.                  Sinopsis :

Sebuah karya berjudul Gadis Pantai karangan Pramodya Ananta Toer ini menceritakan tentang seorang gadis belia yang berasal dari kampung nelayan di pesisir Utara Jawa Tengah, Kabupaten Rembang. Gadis belia berusia empat belas tahun itu cukup manis, dengan kulit langsat, mata agak sipit dan tubuh mungil, gadis itu menjadi bunga kampung nelayan sepenggal pantai keresidenan Jepara Rembang.
Suatu hari seorang utusan pembesar dari kota Jawa Tengah datang ke kampung gadis pantai untuk menyampaikan pesan bahwa Bendoronya ingin menjadikan gadis pantai sebagai istrinya. Dinikahkanlah gadis pantai dengan sebilah keris, dan keesokkan harinya dengan ditemani bapak dan emaknya beserta kepala kampung dan beberapa warga, gadis pantai itu diantar ke kota menuju tempat persinggahan pembesar yang menjadikannya istri.Sebutan bendoro putri telah melekat pada sosok gadis pantai. Kini derajat gadis pantai lebih tinggi dibadingkan dengan warga di kampungnya. Sebuah dokar yang sudah disiapkan oleh bendoro untuk menjemput gadis pantai tersebut berhenti tepat didepan gedung bertingkat berdinding batu.
Ditinggalkannya segala kegiatan dan aktivitasnya di kampung nelayan, dilupakannya segala suasana kampung nelayan. Menumbuk udang kering, menjahit layar dan jala, lari larian di pasir pantai, bergurau bersama teman temannya, semua itu tidak dapat ia lakukan lagi. Kini ia harus tinggal di dalam gedung besar bertingkat berdinding batu itu. Membantu mengurus dan memerintah di kompleks keresidenan, paviliun, kandang kandang dan bahkan sebuah masjid. Segala keperluan dan kebutuhannya hanya tinggal memerintah saja. Gadis pantai dilayani oleh banyak bujang. Namun hanya ada satu seorang perempuan tua yang menjadi pelayan setia dan terdekatnya. Pelayan yang selalu membantunya, selalu mengajarinya kehidupan di dalam gedung itu, dan yang mengajarinya pula bagaimana cara melayani dan bersikap kepada bendoro.
Lewat pelayan tua itulah gadis pantai sadar, bahwa ia diambil pembesar ke kota bukan sebagai istrinya. Melainkan, Ia diambil oleh seorang pembesar untuk menjadi gundik pembesar itu dan menjadi seorang Mas Nganten (perempuan pemuas kebutuhan seks pembesar / istri percobaan priyayi). Walaupun menjadi perempuan utama di gedung itu, gadis pantai harus tetap tunduk dan menaati segala perintah bendoro (suaminya sendiri). Bahkan segala kegiatan dan aktivitasnya harus melalui izin bendoro terlebih dahulu. Gadis itu bagaikan berada dalam penjara. Bendoro pun sering meninggalkannya beberapa hari, hingga tujuh haripun pernah. Namun, ia kembali sadar bahwa ia hanyalah seorang Mas Nganten, ia bukan istri bendoro yang sesungguhnya. Kamar mereka berdua pun terpisah, bendoro akan tidur di kamar gadis pantai itu ketika bendoro sedang menginginkannya.
Suatu ketika Gadis Pantai kehilangan uang untuk belanja persiadaan makanan yang diberikan oleh bendoro. Saat itu gadis pantai sangat kebingungan karena takut bedoro murka terhadapnya. Namun ia sangat yakin bahwa tidak ada yang masuk di kamarnya kecuali dirinya, pelayan tua dan para agus (pemuda pemuda yang belajar di gedung itu) yang tadi membersihkan kamar gadis pantai. Gadis pantai sangat percaya pada pelayan tua yang sudah setia melayaninya selama dua tahun ia berada di gedung itu. Akhirnya ia bersama pelayan tua itu menemui para agus dan menanyainya. Namun, karena mereka tidak ada yang mengaku akhirnya gadis pantai dan pelayan tua menghadap pada bendoro. Setelah kejadian itupun pelayan tua diusir dari gedung itu karena sudah lancang menuduh para agus. Tinggallah gadis pantai sendirian tanpa ada pelayan setianya.
Hari demi hari ia jalani sendiri tanpa bantuan pelayan tua, dan tibalah seorang bujang baru bernama mardina -utusan bupati demak- , dia seorang anak jurutulis dari kota yg diutus bupati demak untuk melayani gadis pantai, mardinah sendiri masih termasuk kedalam kerabat bendoro (suami gadis pantai). Namun, kedatangannya bukan sekedar melayani gadis pantai saja, ia sangat berani dan selalu menantang gadis pantai. Lewat mardinah gadis pantai tau bahwa bendoro demak ingin menikahkan bendoro (suami gadis pantai) dengan perempuan bangsawan yang sederajat dengannya. Karena seorang pembesar dianggap masih perjaka apabila belum menikah dengan sesama bangsawannya, walaupun sudah berulang kali menikah dengan gadis kampung.
Kegelisahan mulai muncul pada diri gadis pantai. Tiga tahun sudah gadis pantai berada dalam gedung bertingkat itu dan ia mulai mengandung putra dari bendoro. Sembilan bulan gadis pantai mengandung dengan diliputi rasa kerinduan dan kekosongan karena tidak ditemani oleh bendoro. Janin yang dikandungnya pun dilahirkan dengan bantuan dukun bayi yang paling ahli di kota itu. Seorang bayi perempuan mungil kini ada dalam pangkuannya, namun setelah seminggu kelahirannya bendoro tak kunjung melihatnya. Gadis pantai sangat gelisah, kepada siapa bayi itu akan diserahkan kalau tidak pada bapaknya sendiri.
Tiga bulan setelah kelahiran putrinya, akhirnya bapak gadis pantai datang menemuinya ke gedung itu. Bapaknya memang sengaja diutus oleh bendoro untuk menjemput gadis pantai pulang kembali ke kampung nelayan. Ada hal yang paling menyakitkan selain gadis pantai diceraikan oleh bendoro, yaitu gadis pantai harus meninggalkan gedung itu dan tidak boleh lagi menginjakkan kaki di kota tempat bendoro tinggal dengan tidak membawa anakknya sendiri. Ia harus kembali pada kampung nelayannya dan meninggalkan anaknnya pada gedung berdinding batu itu.Hal yang sangat menyakitkan bagi gadis pantai ketika meninggalkan anaknya. Namun, ia tidak dapat berbuat apa apa, mengingat ia adalah hanya seorang sahaya dan rakyat kampung.
Hidup kembali pada kampung yang melahirkannya adalah impiannya saat ia di kota. Namun, rasa malunya jauh lebih besar daripada rasa kerinduan pada kampung halaman. Akhirnya, ia izin kepada bapaknya untuk meninggalkan kota dan kampung nelayannya untuk tinggal di kota kecil Blora dan berusaha mencari pelayan tua yang dulu setia dengannya untuk tinggal bersama.

9.                  Unsur Intrinsik Novel
a. Tema: Karya ini bertema kan mengenai Feodalisme Jawa yang tidak memiliki adab dan kemanusiaan. Karya ini menceritakan mengenai hubungan antara rakyat dari golongan bawah dengan rakyat golongan atas atau ningrat. Sebuah perlakuan yang tidak berperikemanusiaan yang menganggap orang-orang rendahan yang berasal dan terlahir di kampung.

b.      Setting:
1) Tempat: Kompleks Keresidenan, Paviliun pembesar kota Rembang, kampung nelayan sepenggal pantai Jepara Rembang, Rumah gubuk gadis pantai, rumah kepala desa, di dokar, di perahu.

2)   Waktu: Karya ini bercerita dengan latar waktu sekitar tahun 1930-1940, karena pada novel beberapa orang masih menggunakan bahasa Belanda beberapa kali, jadi pada waktu itu Belanda sudah hampir berakhir berkuasa di Indonesia.

3)    Suasana:
a)   Mengharukan: ketika gadis pantai menyusui anaknya yg terakhir kali, ketika gadis pantai melihat bahwa pelayan tua setianya diusir dari pendopo, ketika ditinggal emak bapaknya meninggalkannya sendirian di pendopo untuk pertama kalinya.
b) Menegangkan: ketika para pengawal Mardinah dibacok dan dilempar ke laut, ketika gadis pantai memaksa membawa anaknya namun di hadang oleh para pengawal dan gadis pantai dilempar keluar dari pendopo.
c)  Merisaukan: ketika gadis pantai merindukan sekaligus cemburu pada bendoro yang meninggalkannya dan tak kunjung pulang.
d) Membahagiakan: ketika gadis pantai bisa mengunjungi emak bapaknya di kampung, ketika Mardinah dan si Dul pendongeng bisa menikah, ketika gadis pantai tidur bersama bendoro dan merasa nyaman berada didekatnya, ketika gadis pantai  bisa melahirkan anaknya dengan selamat.
e) Menyebalkan: ketika mardinah membangkang perintah gadis pantai dan selalu memojokan gadis pantai dengan sindiran sindiran pedasnya, ketika bendoro tidak mau menyentuh  banyinya dan justru menceraikan gadis pantai.

c.   Sudut Pandang: Menggunakan sudut pandang orang ketiga (serba tau).

d.  Alur: Dalam novel ini menggunakan alur maju dimana dalam novel Gadis Pantai ini menceritakan tentang kejadian di masa yang mendatang.

e.    Gaya Bahasa: Bahasa yang digunakan yaitu bahasa campuran, antara bahasa Indonesia pada zaman dahulu dan juga bahasa jawa zaman dahulu, terbukti dengan adanya sebutan kata “mas  nganten”, “kanca”, “sahaya”, “bendoro”, “colong”.

f.       Amanat:
a)  Jangan memperlakukan orang dengan semena mena, walaupun dia seorang budak kita harus tetap menghormatinya.
b)   Selalu hargai orang orang yang ada di sekitarmu.
c)    Jadilah seseorang yang senantiasa berkata dan berbuat jujur.
d) Perempuan adalah seseorang yang paling berharga dan terhormat, jadi jangan menjadikan perempuan sebagai istri percobaan atau pemuas nafsu laki-laki.
e)  Jangan pernah membeda bedakan orang dan pergaulan atas dasar perbedaan status strata sosialnya.
f)   Rendahan ataupun bangsawan kita semua mempunyai hak yang sama sebagai warga negara Indonesia.
g)   Sebuah jabatan atau kekuasaan janganlah menuntun kita pada sebuah kesombongan.

g.      Penokohan :
1) Gadis Pantai : Seorang gadis belia yang berasal dari kampung nelayan, dia cantik, polos (karena dalam cerita ia ketakutan melihat darah haidnya sendiri), penurut, pekerja keras (karena senantiasa membantu pekerjaan emak bapaknya dikampung), selalu menerima kenyataan, dan  mudah memahami ketika belajar hal baru     (terbukti di cerita ia sangat cepat menerima pembelajaran mengaji, menjahit, memasak).
2) Pembesar kota Rembang: Seorang priyayi yang sangat disegani oleh masyarakat kota Rembang, ia seorang bendoro  yg mempunyai sifat tercela yaitu senang berganti ganti istri dari gadis kampung untuk  memuaskan nafsunya lalu menceraikannya, priyayi tersebut juga menganut paham  Feodalisme.
3) Begundik tua Bendoro: Begundik yang selalu menemani dan melayani gadis pantai saat dirumah bendoro besar, ia juga sangat setia pada bendoronya, sabar, penyayang.
4) Bapak Gadis Pantai: Seorang bapak dari gadis pantai, ia seorang nelayan yang pekerja keras, ia juga sangat cerdik (terbukti dalam cerita ia mampu mengelabui mardinah dan mardiyanto), namun ia juga sangat keras karena sering memukuli gadis pantai.
5) Emak Gadis Pantai: Ibu dari gadis pantai yang sabar dan penyayang, sangat setia pada suaminya dan merawat anak anaknya penuh kasih sayang.
6) Mardinah: Seorang janda suruhan dari Bupati kota Demak, ia masih termasuk kerabat bendoro gadis pantai, ia juga perempuan licik dan jalang.
7)Mardiyanto: Saudara laki laki Mardinah yag juga suruhan dari bendoro kota Semarang, ia juga laki-laki yang licik.

  1. Unsur Ekstrinsik Novel
a. Kelemahan: Kelemahan novel Gadis Pantai terletak pada bahasa yang digunakan, walaupun disini Pram menggambarkan dengan sangat simple, namun menurut saya bahasa yg digunakan masih kurang komunikatif. Ada beberapa kata yang belum saya mengerti pada saat membaca karya ini. Memang gaya bahasa yg digunakan oleh Pram adalah gaya bahasa pada zaman itu. Untuk sekarang ini menurut saya orang-orang awam yang masih belum bergelut di dunia ini masih bosan membaca karya gadis pantai ini.

b. Kelebihan: Kelebihan novel ini adalah menusuk paham Feodalisme Jawa yang tak memiliki adab dan jiwa kemanusiaan, maka dengan itu bisa mengajarkan kita bahwa dalam kemanusiaan kita tidak boleh membedakan dalam hal sosial. Menulis sebuah karya dengan bertemakan seperti ini juga jarang dituangkan oleh sastrawan sastrawan lainnya. Dengan membaca novel berjudul gadis pantai karya Pramoedya Ananta Toer ini saya merasa bahwa saya juga turut masuk dalam cerita tersebut. Saya seakan akan larut dalam cerita dengan segala penggambaran Pram yang begitu simple, Pram yang memang terlahir sebagai orang jawa pada saat itu tidak begitu menyetujui dengan sistem Feodalisme yg tak berperikemanusiaan seperti ini, novel ini sudah menjadi sumbangan sastra untuk dunia dan sudah diterjemahkan kedalam 42 bahasa.